Indonesia Paparkan Praktik Terbaik Perikanan Skala Kecil di UNOC Prancis

 


SIARAN PERS KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR : SP.247/SJ.5/VI/2025

PRANCIS, (14/6) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan memaparkan praktik terbaik perikanan skala kecil dalam rangkaian Konferensi Kelautan PBB ketiga (UNOC-3) di Port Lympia, Nice, Prancis pada 9-13 Juni 2025.

Plt Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Lotharia Latif menegaskan komitmen Indonesia dalam memperkuat tata kelola laut berkelanjutan dan mendorong praktik perikanan skala kecil yang inklusif dan berbasis kearifan lokal. Hal ini disampaikan pada gelaran side event yang diselenggarakan Pemerintah Maladewa Delivering Sustainable and Equitable Ocean Governance: Multi-Stakeholder Approaches to Small-Scale Fisheries and Marine Protected Areas.

“Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar keempat di dunia, dengan potensi lestari perikanan tangkap mencapai 12 juta ton dan keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi,” ujar Latif dalam siaran pers KKP di Jakarta, Sabtu (14/6).

Kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota yang diterapkan di Indonesia terbukti efektif mendorong pertumbuhan produksi perikanan tangkap nasional sebesar rata-rata 3,94% per tahun, dari 4,51 juta ton pada 2016 menjadi 7,71 juta ton pada 2023, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan produksi perikanan tangkap terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.

Dalam kesempatan tersebut, Latif juga menyoroti kolaborasi Indonesia dengan inisiatif global seperti CFI Indonesia dalam mendukung pengelolaan perikanan skala kecil berbasis masyarakat. Salah satu contoh sukses adalah inisiatif Sasi Label di Kepulauan Maluku, yang mengangkat kearifan lokal berupa larangan sementara penangkapan ikan untuk memberi waktu pemulihan sumber daya ikan.

“Model ini tidak hanya melindungi ekosistem laut, tetapi juga memperkuat kelembagaan lokal, meningkatkan peran perempuan, serta mendorong akses pasar dan kesejahteraan nelayan melalui koperasi dan teknologi digital seperti e-logbook,” lanjutnya.

Pemanfaatan SDA Perikanan Dalam Batas Aman

Latif juga menggarisbawahi bahwa ketahanan produksi perikanan Indonesia saat ini masih dalam batas aman secara biologis, dengan tingkat pemanfaatan kurang dari 80% dari potensi lestari (MSY). Rata-rata produksi selama 2020–2024 tercatat sebesar 7,39 juta ton.

Sementara itu, nilai ekspor komoditas perikanan tangkap skala kecil juga menunjukkan tren positif, naik dari USD 3,31 miliar pada 2020 menjadi USD 3,91 miliar pada 2023, terutama dari komoditas utama seperti tuna-cakalang, cumi-sotong-gurita, dan kepiting.

Lebih lanjut Latif mengajak seluruh pihak untuk memperkuat kolaborasi global guna mencapai SDG 14 (Lautan dan Ekosistem Laut) melalui kemitraan, program twinning, dan forum internasional.

“Kami mengundang seluruh mitra dan pemangku kepentingan untuk hadir dalam Ocean Impact Summit Indonesia 2026, sebagai bentuk nyata komitmen bersama untuk laut yang sehat dan berkelanjutan,” tuturnya.

Sebelumnya, dalam gelaran UNOC-3, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan komitmen kuat Indonesia terhadap perlindungan laut dan pembangunan ekonomi biru berkelanjutan.

HUMAS DITJEN PERIKANAN TANGKAP

Posting Komentar

0 Komentar