Indonesia Pamerkan Potensi Budidaya Rumput Laut di UNOC Prancis

 


SIARAN PERS KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR : SP.249/SJ.5/VI/2025

PRANCIS, (15/6) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengoptimalkan keikutsertaan dalam Konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa Bangsa ke-3 di Nice, Prancis pada 9-13 Juni 2025, untuk mempromosikan rumput laut Indonesia ke kancah dunia.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu memaparkan salah satu komoditas unggulan Indonesia saat ini adalah rumput laut, di mana Indonesia berkontribusi sekitar 38% terhadap pasokan global. “Sebagian besar rumput laut Indonesia dibudidayakan oleh pembudidaya skala kecil di wilayah pesisir yang masih mengandalkan metode tradisional,” ujar Tb Haeru Rahayu dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Minggu (15/6).

Pada pertemuan global The Third United Nations Ocean Conference (UNOC), Indonesia berpartisipasi aktif dalam side event bertajuk 'Advancing Blue Industry for Sustainable Development: Strengthening Trade and Seafood Value Chains in the Blue Economy' yang diinisiasi oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO). Indonesia juga mengikuti pertemuan bilateral dengan UN Task Force on Seaweed (UNTFS) guna memperkuat kerja sama internasional dalam pengembangan komoditas rumput laut yang berkelanjutan.

Tebe menambahkan, rumput laut merupakan komoditas strategis dalam pembangunan Ekonomi Biru Indonesia, tidak hanya sebagai sumber penghidupan masyarakat pesisir, tetapi juga sebagai solusi untuk ketahanan pangan, mitigasi perubahan iklim, serta pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan. Berdasarkan Data Future Market Insights, nilai pasar rumput laut global diproyeksikan mencapai USD 9,4 miliar pada tahun 2025 dan akan meningkat menjadi USD 23,9 miliar pada tahun 2035, dengan CAGR sebesar 9,8 persen.

Namun, dari total potensi lahan budidaya rumput laut di Indonesia, baru sekitar 11,65% yang dimanfaatkan, yang berarti peluang pengembangan budidaya rumput laut masih sangat besar. Untuk mendukung perluasan dan peningkatan produktivitas, KKP telah membangun modeling budidaya rumput laut di beberapa daerah seperti Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kabupaten Rote Ndao (NTT), dan Kabupaten Maluku Tenggara (Maluku). Selain itu, KKP juga menerapkan strategi revitalisasi dan pengembangan bibit unggul kultur jaringan.

“Produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2024 tercatat mencapai 10,80 juta ton, meningkat 10,82% dibanding tahun sebelumnya. Produksi tersebut didominasi oleh jenis Kappaphycus alvarezii, diikuti oleh Gracilaria spp dan Eucheuma spinosum,” jelasnya.

KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya telah menetapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan produksi rumput laut guna mendukung ekspor dan ketahanan pangan nasional. Strategi tersebut meliputi pengembangan modeling budidaya rumput laut, revitalisasi kampung dan sentra budidaya rumput laut, pengembangan laboratorium kultur jaringan rumput laut, dan pengembangan budidaya rumput laut jenis cottonii di wilayah Indonesia Timur.

Kolaborasi Global

Dalam pengembangan budidaya rumput laut, Indonesia juga menjajaki potensi kolaborasi global bersama UNTFS. Beberapa bentuk kerja sama yang dapat dikembangkan antara lain melalui pengembangan jenis rumput laut baru selain Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria spp. yang umum dibudidayakan di Indonesia.

Dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut dan garis pantai yang luas, Indonesia memiliki posisi strategis untuk memperluas budidaya rumput laut jenis baru. Indonesia juga memiliki peluang besar untuk memimpin pembentukan Pusat Inovasi Rumput Laut Asia Tenggara di bawah koordinasi UNTFS, yang akan berfungsi sebagai wadah pertukaran pengetahuan, pelaksanaan proyek percontohan, serta pengembangan pusat pelatihan.

“Selain itu Indonesia juga dapat berkontribusi dalam pengembangan standar rumput laut global melalui Pedoman UNTFS terkait praktik budidaya berkelanjutan, termasuk penerapan standar biosekuriti dan kualitas untuk mendukung ekspor,” pungkas Tebe.

Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menegaskan pentingnya pengembangan budidaya rumput laut untuk masa depan. Selain sebagai sumber pangan alternatif dan bahan baku biofarmasi serta kosmetik, rumput laut juga berpotensi menjadi pengganti plastik ramah lingkungan dan penyerap karbon alami.

HUMAS DITJEN PERIKANAN BUDI DAYA

Posting Komentar

0 Komentar